Rabu, 21 Desember 2011

apapun itu dan bagaimana pun "itulah yang terbaik dan terindah"

Tubuh Mungil Itu Mengharap Surga


Tubuh mungil itupun  terjerembab jatuh setelah didorong bapaknya yang sedang kesetanan. Tidak puas
melihat anaknya menahan tangis, tongkat sapu pun dilayangkan hingga mengenai
pantat anak kecil yang baru 6 tahun itu. Tiga pukulan yang keras akhirnya
membuat tangis anak itu menggelegar. Tubuhnya terguncang menahan sakit dan
tangisnya terdengar pilu. Setelah puas melihat anaknya menangis, sang bapakpun
berkata dengan kasar:
”Kenapa Ilman mencuri uang bapak?
Untuk apa uang 50 ribu itu? Bukankah selama ini Ilman diberi sehari 5 ribu untuk
jajan di sekolah? Sementara anak lain tidak ada yang diberikan sebanyak itu.
Setiap tahun Ilman diberikan baju, tas, sepatu dan semua kebutuhan. Bapak
bekerja siang dan malam untukmu Man!!!!”

Anak ini hanya bisa menangis tersedu. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan dan kemarahan bapak
yang dicintainya. Dia hanya bisa merintih menahan sakit di bagian kepala yang
baru saja terbentur. Suasanapun berangsur mereda dan menjadi sunyi. Namun,
tiba-tiba saja dari ruang tengah berdering telepon. Sang bapak yang sudah
terlihat capek ini perlahan mendekati gagang telepon.
Dikejauhan terdengar suara
perempuan. Ternyata, ia adalah ibu guru anak ini. Setelah basa-basi sebentar bu
gurupun bercerita,

”Bagaimana si Ilman pak?
Maaf saya menelpon bapak karena ada hal penting yang perlu bapak ketahui. Akhir-akhir ini si Ilman terlihat
murung. Kira-kira sudah satu minggu ini. Tadi pagi dia datang menemui saya. Dia
mengemukakan kebingungannya. Ia mengaku telah mencuri uang bapak. Dan saya lihat
uang yang dicuri 50 ribu rupiah. Dia bertanya apakah itu berdosa. Saya mengatakan bahwa itu dilarang
agama. Kemudian dia mengeluarkan uang sebanyak 30 ribu rupiah dari tasnya.
Sayapun kaget dan bertanya apakah itu hasil dari mencuri. Dia menggelengkan
kepala dan mengatakan tidak. Uang itu dikumpulkan dari uang jajan yang bapak
berikan setiap hari. Jadi, selama ini dia tidak jajan selama seminggu.

Yang membuat saya iba dan sedih ketika Ilman bertanya apakah uang yang ia kumpulkan ini cukup untuk pergi ke
Surga? Saya tanya kenapa? Katanya ia ingin bertemu ibunya yang sekarang di
surga. Ia kangen sama ibu Pak. Ia ingin seperti teman-temanya yang masih bisa
berkumpul dengan kedua orang tuanya. Ia kangen sekali sama ibu Pak. Kata Ilman
ibunya telah menghilang setelah ketemu terakhir di rumah
sakit. Maaf.....”.
Telpon itupun terputus.. Tidak kuat
menahan tangis sang bapak berlari menuju Tubuh mungil itu. Tubuh kecil itupun
diangkat dengan penuh kasih. Namun takdir berbicara lain, anak itu telah
menyusul ibunya di surga....     

                                         
                                                   By;tri novem wijayant